Pengukuran dalam praktek
perbaikan ponsel merupakan aktifitas dalam melakukan Troubleshooting. Ponsel
merupakan rangkaian elektronika yang sangat kompleks, terdiri dari rangkaian
analog dan digital. Kerusakan yang terjadi bisa saja hanya diakibatkan karena
salah satu syarat kerja tidak ada atau tidak sesuai. Dalam perbaikan ponsel
seharusnya kita mengganti komponen atau salah satu IC yang memang yakin telah
rusak. Sering kali teknisi kaki lima
dalam memperbaiki ponsel asal-asalan saja, hanya berdasarkan perkiraan semata
“Trial & Error”. Dampaknya, bukan hanya saja menghambur-hamburkan sparepart
dengan harga yang mahal, akan teteapi sering kali membuat kegagalan yang sangat
fatal, sehingga yang asalnya ponsel masih hidup, sekarang malah menjadi
mati-total.
Jadi... sebaiknya sebelum
memfonis sesuatu komponen (sebelum menggantinya), sebaiknya kita lakukan
pengukuran terlebih dahulu. Disaat prakteknya, kita akan selalu mengukur untuk
tujuan :
* Mengetahui baik tidaknya suatu
komponen
* Mengetahui syarat kerja pada
suatu rangkaian
* Mengetahui konsumsi Arusnya
Apa saja yang harus diukur
Ponsel ataupun alat elektronika
lainnya, sama saja. Cukup dengan mengetahui nilai:
- Resistansi / hambatan suatu rangkaian
- Tegangan
- Arus listrik
- Clock
- Data
- Frequency
- Avo Meter Analog & Digital
- Amper Meter 500mAmper – 1Amper
- Frequency Counter
- Osciloscope 40Mhz
Suatu rangkaian ponsel tidak akan
bekerja dengan baik apabila salah satu syarat kerjanya tdak ada. Harus kita
pahami juga, suatu rangkaian elektronika selalu membutuhkan tegangan kerja,
oleh karena itu pasti ada suatu komponen yang akan memberikan tegangannya.
Sumber tegangan berawal dari Battery , kemudian
tegangan tersebut akan di distribusikan ke semua rangkaian yang membutuhkannya.
Nilai tegangan ini akan berbeda satu sama lain, juga tegangan tersebut hanya
akan diberikan disaat dibutuhkan saja. Berarti... dengan kejadian seperti ini,
tegangan akan diberikan dengan tahapan seperti berikut:
* Tegangan battery akan masuk ke
regulator
* Regulator akan memberikan
tegangannya ke rangkaian yang membutuhkannya setelah ada perintah.
Apabila tahapannya seperti
diatas, maka apabila tegangan Battery tidak
masuk ke regulator, rangkaian yang membutuhkan tegangan tidak akan dapat bisa
diberikan oleh regulator. Begitu pula apabila perintahnya tidak ada, maka
regulator tidak dapat bekerja. Atau justru regulator itu sendiri yang tidak
bekerja karena sudah rusak.
Tahapan pengukuran
Dari penjelasan pertanyaan
sebelumnya, bahwa sifat dari regulator adalah: 1. ada sumber tegangan, 2. ada
perintah, lalu regulator dapat mendistribusikan tegangannya. Maka dalam
melakukan pengukuran tahapan yang kita ukur sebagi berikut:
* Ukur tegangan keluarannya
(tegangan yang diberikan regulator ke rangkaian yang membutuhkannya)
* Ukur tegangan masukannya
(tegangan utama regulator)
Arus dan Tegangan
Muatan listrik yang bergerak kita
sebut sebagai arus listrik. Besar dari arus listrik dapat didefinisikan sebagai
banyaknya muatan yang melewati suatu tempat persatuan waktu. Arus listrik
dinyatakan dengan lambang Idan satuannya adalah Ampere atau disingkat dengan A.
Didalam suatu rangkaian, arus listrik dapat didefinisikan sebagai muatan
listrik yang bergerak di dalam sambungan atau dalam komponen, dimana arus
listrik akan mengalir terus menerus di dalam sistem elektronika yang sedang
aktif. Jika pada suatu rangkaian tidak terdapat arus listrik maka rangkaian
sistem elektronikapun tidak akan berfungsi.
Muatan pada arus listrik disebut
tegangan. Besar dari tegangan didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang
terdapat pada muatan listrik. Tegangan listrik biasa disebut voltase, satuannya
adalah Volt atau disingkat dengan V.
Battery Ponsel pada umumnya
mempunyai tegangan sebesar 3.7 Volt dan mampu memberikan Arus listrik DC
maksimal sebesar 700 mili Amper (mA). Mungkin anda pernah mengalami, sebuah
ponsel dengan battrey kondisi penuh, seharusnya Battery akan tahan selama 2
hari, akan tetapi pada ponsel tersebut Batterynya malah hanya mampu bertahan
3-4jam saja. Permasalahan seperti ini dapat disebabkan karena rangkaian/mesin
Ponselnya terdapat konsleting atau biasa disebut Short.
Sebaliknya, apabila kita mendapat
ponsel yang mati total, lalu disaat kita ukur ternyata tidak terdapat arus sama
sekali. Kita dapat mengetahui bekerja atau tidaknya suatu rangkaian cukup
dengan mengetahui konsumsi arusnya. Apabila disaat kita ukur ternyata arusnya
tidak ada, maka dapat dipastikan rangkaian tersebut tidak berfungsi.
Alat apa yang kita gunakan untuk
mengatahui konsumsi Arus
Dipasaran sudah banyak beredar
Power Supply yang sudah mempunyai Amper Meternya, selain lebih mudah digunakan,
Power Supply ini dapat memberikan tegangan sesuai dengan yang kita butuhkan.
System elektronika pada Ponsel
sangat kompleks, terdiri dari beberapa rangkaian yang terpisah. Setiap
rangkaian akan membutuhkan tegangan listrik dan konsumsi arus yang bervareasi.
Oleh karena itu mungkin kita akan sulit untuk menentukan kerusakannya pada
rangkaian yang mana. Apabila kita sudah tahu tahapan aktif rangkaiannya, kita
akan mudah dalam menentukan kerusakannya.
Diatas terdapat diagram sederhana
dari rangkaian yang ada didalam ponsel, terdiri dari Baseband Module dan RF
Module, keduanya akan aktif disaat dibutuhkan saja. Baseband Module akan
diberikan tegangan oleh Energy Management setelah ada perintah dari sw on/off.
Disaat baseband sedang aktif maka jalur tegangan B akan mengalir arus sebesar
100mAmper. Sedangkan apabila ponsel sedang melakukan panggilan, maka RF Module
akan diberikan tegangan oleh Energy Management. Disaat baseband aktif maka pada
jalur C akan mengalir arus sebesar 100mAmper, apabila sudah tidak digunakan
kondisi sekarang hanya Baseband module saja yang aktif.
Apabila B dan C sedang aktif,
maka jalur tegangan A akan mengalir arus sebesar 250mAmper (100mAmper +
150mAmper). Untuk menentukan apakah kerusakan tersebut pada Baseband atau
justru malah pada RF Modulenya, kita dapat mengetahuinya dari konsumsi arusnya,
misalkan kasus seperti dibawah ini:
Sebelum ditekan On/Off Amper
sudah naik
Kondisi seperti ini adalah tidak
normal, karena dalam tahapan ini Baseband Module dan RF Module belum pada
tahapan aktif, karena kita belum menekan tombol On/Offnya. Dimanakah letak
permasalahannya? Sudah pasti bukan Baseband atau RF Modulenya yang rusak. Akan
tetapi justru dari jalur A (dari battery ke Energy Management) yang bermasalah.
Setelah ditekan On/Off, konsumsi
Arusnya sebesar 300mA
Kondisi seperti ini adalah tidak
normal, disaat On/Off ditekan RF Module belum aktif, hany Baseband Module saja
yang aktif, akan tetapi seperti yang telah kita ketahui bahwa Baseband yang
normal hanya membutuhkan konsumsi arus sebesar 100mAmper, sedangkan hasil
pengukuran menunjukan 300mAmper. Permasalahan seperti ini dipastikan rangkaian
Baseband bermasalah.
Disaat RF Aktif, konsumsi arus
lebih dari 500mAmper.
Konsisi seperti ini sudah dapat
dipastikan module RF bermasalah.
Flasher Box yang dapat digunakan
terdapat beberapa pilihan, diantaranya: UFS HWK, MX Key, JAF, MT-Box, UB, dll.
Anda dapat menggunakan Flasher Box tersebut untuk mendeteksi kerusakan ponsel,
tentunya langkah ini akan dapat menentukan tindakan troubleshooting yang harus
ditempuh. Dalam pembahasan ini, saya hanya menggunakan UFS HWK, selain Flasher
Box ini murah akan tetapi sangat ampuh dan paling umum digunakan oleh teknisi
Ponsel. Ada
terdapat 3 cara dalam menganalisa kerusakan menggunakan UFS HWK yaitu:
1. Langkah pertama menggunakan
fasilitas “Check”. Cara ini, UFS HWK dapat mendeteksi hubungannya ke Ponsel,
bila Ponsel dapat terdeteksi maka ada kemungkinan ponsel tersebut hanya rusak
pada programnya saja. Sedangkan bila tidak terdeteksi atau error, maka
kerusakan masih diakibatkan karena Hardware yang masih bermasalah, dalam
kondisi ini Ponsel tidak dapat diprogram (Flashing),
2. Langkah kedua melalui langkah
Flashing, cara ini digunakan untuk memanfaatkan prosedur kerja Software
Flasher, sebelum UFS HWK melakukan Flashing pada Ponselnya, terlebih dahulu
akan mendeteksi ASICs pada Baseband, diantaranya: Energy Management (RETU &
TAHVO), RAPGSM, CMT & APE Memory. Bila salah satu ASICs tersebut terdapat
yang bermasalah, maka UFS HWK tidak akan melanjutkan proses Flashing, pada
keterangan (LOG) akan menunjukan Error pada ASICnya. Dengan cara seperti itu,
kita dapat mengetahui dimana letak permasalahan.
3. Langkah yang terakhir adalah
“Self Test”, fasilitas ini hanya dapat dilakukan pada ponsel yang masih kondisi
hidup atau minimal masih masuk kepada “Local Mode”. Melalui fasilitas ini kita
dapat menentukan kerusakan security pada software atau hardwarenya.
Adapun syarat Ponsel dapat di
deteksi kerusakannya menggunakan flasher box harus:
* CPU (UPP,RAP) dapat bekerja
dengan baik. Adapun syarat kerja dari CPU diantaranya: VCORE, VIO, VANA, PURX,
Sleep Clock 32.768kHz, System Clock 38.4Mhz. Tentunya tidak mungkin bila kita
mengukur satu persatu setiap tegangan dan clock tersebut, sebagai patokan baik
tidaknya syarat kerja CPU dapat kita ketahui dengan konsumsi arus ponsel tersebut
menggunakan Amper Meter. Ketika power On/Off ditekan, konsumsi arus minimal
harus ada pada 20mAmper.
* FBUS, harus sempurna. Jalur ini
terdiri dari: FBUS Pad, RETU, TAHVO dan RAP. Walaupun IC Flash atau RAM belum
terpasang, Flasher Box masih dapat menditeksi ponsel, walaupun hanya “1st Boot
OK” saja.
* Dua point diatas, ponsel masih
dapat terdeteksi walaupun ponsel dalam keadaan mati total. Sedangkan syarat
ponsel dapat di Read Info dan Self test, Ponsel tersebut harus dapat masuk ke
“Local Mode”. Fungi BSI dalam hal ini akan sangat berperan penting.
Langkah mendeteksi kerusakan
menggunakan UFS HWK
* Setelah UFS HWK terpasang dan
terinstal dengan baik kepada komputer, klik “Connect” untuk mengaktifkan
Software UFS HWK. Selanjutnya hubungkan kabel FBUS kepada Ponsel.
* Pilih Tab “BB5” lalu sesuaikan
type ponsel yang sesuai. Dalam tahapan ini, tidak masalah walaupun Firmware
belum terinstal kepada Komputer, sebab langkah ini hanya membaca status
Ponselnya saja tanpa melakukan Programming.
* Untuk melakukan “Check”, ponsel
dalam keadaan mati total masih tetap akan terbaca “1ST Boot OK”, dengan catatan
CPU masih bekerja.
* Untuk melakukan “Info” dan
“Self Test”, ponsel harus masuk “Local Mode”. Anda dapat melihatnya pada LCD
Ponsel tersebut, tanpa “Local Mode” UFS HWK tidak dapat melakukan Info dan Self
Test.
0 komentar:
Posting Komentar